Senin, 20 Februari 2012

manfaat belajar psikologi


                              


MANFAAT BELAJAR PSIKOLOGI BAGI MAHASISWA TEOLOGI


Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan
Mata Kuliah Psikologi Umum I




Nama: Marlina
NIM: 010-562


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IKSM SANTOSA ASIH
Jakarta
2011



DAFTAR ISI
BAB I:                        PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.    Tujuan

BAB II:          MANFAAT BELAJAR PSIKOLOGI BAGI MAHASISWA TEOLOGI
A.    Pengertian Psikologi
B.     Penyebab Atau Sumber Dari Adanya Psikologi
C.    Fungsi Psikologi
D.    Macam-macam Psikologi
E.     Hubungan Psikologi Dengan teologi

BAB III:         PENUTUP

A.    Kesimpulan
B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penulis akan membahas “Manfaat Belajar Psikologi Bagi Mahasiswa Teologi” didalam masyarakat kita ini seorang mahasiswa tologi sangat penting mempelajari psikologi karena bukan hanya tentang agama saja yang dibahas, tetapi ilmu jiwa atau imu setiap para pelopor. Mahasiswa sangat membutuhkan pengetahuan  psikologi supaya mereka bisa melayani di masyarakat umum bukan hanya untuk yang bersifat rohani, tapi juga bersifat untuk jasmani semua mahasiswa membutuhkan semua pengetahuan baik dalam teologi maupun ilmu-ilmu lainnya untuk keperluan bersama.
Daerah yang meliputi psikologi itu sangat luas, penuh rahasia, misterius sifatnya, sekaligus juga sangat menantang minat manusia untuk menyelidikinya. Psikologi tidak hanya disebabkan oleh tingkah laku manusia, kesadaran dan ketidak sadaran dari sederhana sampai ke yang lebih tinggi serta gejala-gejala jasmani-rokhani.
B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis hanya mengupas sebagian dari judul makalah tersebut, karena penulis tidak begitu mampu untuk mengali lebih banyak lagi atau hanya kulit luar saja dari judul tersebut. Dan buku ini juga sangat banyak sehingga pembaca tidak terlalu masu lebih dalam lagi dipembahasan judul.
C.    Tujuan
Tujuannya untuk memenuhi persyaratan dari mata kuliah yang bersangkutan atau untuk menambah nilai yang kurang dari tugas-tugas yang tertinggal atau juga untuk menambah wawasan dalam membuat makalah atau karia tulis. Serta untuk para pembaca agar mereka dapat membacanya tanpa mencari buku-buku yang sebagai pendukung pembuat makalah.


BAB II
MANFAAT BELAJAR PSIKOLOGI BAGI MAHASISWA TEOLOGI
A.    Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “psyche” dan “logos”. Logos berarti nalar, logika, ilmu, sedangkan psyche berarti jiwa. Jadi psikologi berarti ilu jiwa. Menurut Carl Gustav Jung (1875-1961) ilmu tentang sesuatu yang bernyawa.[1] Dan ada juga yang berpendapat bahwa psikologi dipandang sebagai ilmu yang mempelajari perilaku (J.W. Watson).[2]
Beberapa devinisi tentang Psikologi dikemukakan dibawah ini antara lain:
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang aktivitas manusia (behaviorisme radikal).
1.      Psikologi adalah Ilmu yang mempelajari sifat hakikat dan hidup jiwa manusia (plato).
2.      Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kesadaran atau gejala-gejala kesadaran (aliran ilmu-ilmu pengetahuan alam/empiris).
3.      Psikologi adalah ilmu yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam nama individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya. (Robert S.).[3]

B.     Penyebab Atau Sumber Dari Adanya Psikologi
1.      Emosi : adalah perasaan manusia yang tidak terbatas yang berhubungan dengan orang disekitar kita.
w. Wundt menguraikan jenis-jenis emosi antara lain:
1. Lust-unlust (senang-tak senang)
2. Spannung-Losung (tegang-tak tegang)
3. Erregung-borubigung (semangat-tenang)
Emosi yang sangat mendalam menyebabkan marah atau sangat takut sehingga menyebabkan badan yang sangat  tinggi, sehingga kita sukar untuk membedakan marah atau takut.  Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar.
2.      Frustasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasaan atau suatu tujuan akibat adanya halangan atau rintangan dalam usaha mencapai kepuasaan atau  tujuannya. Jenis-jenis Frustasi antara lain: Frustasi lingkungan yang disebabkan oleh halangan atau rintangan yang terdapat dalam lingkungan, Frustasi pribadi yang tumbuh dari ketidakmampuan orang itu sendiri dalam mencapai tujuan, Frustasi konflik disebabkan oleh konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang.

3.      Cemburu adalah bentuk  khusus dari kekuatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari orang lain. [4]
C.     Fungsi  psikologi
Beberapa fungsi Psikologi antara lain:
1. Motif, ialah periliku yang berkaitan dengan pencapaian tujuan. Dan motif itu sendiri ada dua macam, yaitu : motif fisik dan motif psikis. Motif fisik yaitu motif yang berkaitan dengan penapaian fisik, seperti lapar, haus, seksual, keibuan (hormone prolaktin), penyesuaian temperatur (memakai baju yang tipis atau yang tebal). Sedangkan motif psikis yaitu motif yang berkaitan dengan target.
 2. Emosi adalah reaksi secara spontan terhadap ada nya rangsangan (Stimulan). Misalnya : sanang, marah, malu, iri, dengki, kecewa bahagia dan lain-lain.
3. Social adalah yang berkaitan atau berhubungan dengan hubungan kemanusian, seperti empati, simpati.
4. Moral adalah sesuatu yang berkaitan dengan kesedaran untuk taat kepada peraturan.
5. Estetika adalah kecenderungan untuk melakukan kerapian, kebersihan dan keindahan.seperti mandi, gosok gigi,mencuci dan lain-lain.
6. Agama adalah dorongan untuk berhubunga dengan Tuhan. Seperti sembahyang, mendekatkan diri kepada-Nya.[5]
D. Manfaat Belajar Psikologi
Factor-faktor yang mendorong orang dalam belajar antara lain:
Adanya sifat yang ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
1.      Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusiadan keinginan untuk selalu maju.
2.      Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.
3.      Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi.
4.      Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.[6]
5.      Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

Faktor-faktor mempengaruhi prosee belajar antara lain:
1.      Waktu istrahat: khususnya kalau mempelajari sesuatu yang banyak, prlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk istrahat. Dalam istrahat sebaiknya tidak banyak kegiatan yang menggangu pikiran sehingga bahan yang sudah dipelajari punya cukup kesempatan untuk menyerap atau mengingat.
2.      Pengetahuan tentang pelajaran yang dipelajari secara menyeluruh: lebih baik kalau pertama-tama kita p[elajari materi atau bahan yang ada secara keseluruhan dan baru selesai.[7]
D.    Hubungan Psikologi Dengan teologi
adalah sebuah disiplin akademis dan diterapkan melibatkan studi analitik dan ilmiah dari proses mental dan perilaku. Psychologists study such phenomena as perception, cognition, emotion, personality, behavior, and interpersonal relationships. Psikolog mempelajari fenomena seperti persepsi, kognisi, emosi, kepribadian, perilaku, dan hubungan interpersonal. Psychology also refers to the application of such knowledge to various spheres of human activity including issues related to daily life-eg family, education, and work-and the treatment of mental health problems. Psikologi juga mengacu pada penerapan pengetahuan tersebut untuk berbagai bidang kegiatan manusia termasuk masalah yang berkaitan dengan kehidupan keluarga-misalnya sehari-hari, pendidikan, dan pekerjaan-dan perawatan masalah kesehatan mental. Psychology attempts to understand the role these functions play in social behavior and in social dynamics, while incorporating the underlying physiological and neurological processes into its conceptions of mental functioning. Psikologi mencoba untuk memahami peran fungsi-fungsi ini bermain dalam perilaku sosial dan dalam dinamika sosial, sementara menggabungkan proses fisiologis dan neurologis yang mendasarinya menjadi konsepsi atas fungsi mental. Psychology includes many sub-fields of study and application concerned with such areas as human development, sports, health, industry, media, law, and transpersonal psychology. Psikologi mencakup banyak sub-bidang studi dan aplikasi yang bersangkutan dengan bidang-bidang seperti pembangunan manusia, olahraga, kesehatan, industri, media, hukum, dan psikologi transperson
Teologi adalah studi tentang  agama dari perspektif   agama. It has been defined as reasoned discourse  about God or the gods, or more generally about religion or spirituality. Telah didefinisikan sebagai wacana beralasan tentang Tuhan atau dewa-dewa,  atau lebih umum tentang agama atau spiritualitas. It can be contrasted with religious studies, which is the study of religion from a secular perspective. Hal ini dapat dibandingkan dengan studi   agama, yang mempelajari agama dari perspektif sekuler. Theologians use various forms of analysis and argument (philosophical, ethnographic, historical ) to help understand, explain, test, critique, defend or promote any of a myriad of religious topics. Teolog menggunakan berbagai bentuk analisis dan argumen (filsafat, etnografi, sejarah) untuk membantu memahami, menjelaskan, uji, kritik, mempertahankan atau mempromosikan salah satu dari berbagai topik agama. It might be undertaken to help the theologian: Ini mungkin dilakukan untuk membantu teolog.[8]






 

BAB III
                                                                    PENUTUP
A.    Kesimpulan

B.     Saran

















DAFTAR PUSTAKA
Sumadi Suriabrata. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Grafindo persada, 1984
Sarlito WirawanSarwono. Pengantar Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 1976
Tjitjik Hamidah, Diktat Psikologi Umum I. Jakarta:  untuk kalangan sendiri, 2009. Kartini-
            Kartono. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju, 1996
WWW.//HTTP//. Internet
                   


[1]Dra. Tjitjik Hamidah, M.SI, Diktat Psikologi Umum I. (Jakarta:  untuk kalangan sendiri, 2009) , hal 1
[2]Ibid,  Hal 15
[3]Dr. Kartini-Kartono. Psikologi Umum. (Bandung: Mandar Maju, 1996), hal 2
                [4]Dr Sarlito WirawanSarwono. Pengantar Psikologi. (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal 52
[5]www.//http//. fungsi Psikologi
[6]Sumadi Suriabrata. Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: PT Grafindo persada, 1984), hal 236.
[7] Lop chit, l45.                        
[8]www.//http//. Psikologi 

grief


Grief (duka cita)
Apa itu grief?
Grief adalah pengalamn emosi yang timbul sebagai reaksi atas hilangnya sesuatu yang penting dalam hidup seseorang.
Setiap pengalaman kehilangan dapat menimbulkan grief, entah kehilangan kekasih oleh karena kematian  atau perceraian, kehilangan pekerjaan,kehilangan anggota tub hang di ambutasi, kehilangan anak yang studi diluar kota, kehilangan sahabat-sahabat yang pindah keluar kota.
Grief adalah pengalaman hidup yang universal, yang sedang akan dialami oleh setiap orang pada saat-saat tertentu. Meskipun demikian banyak orang yang idak mengenali dinamika pengalaman ini karena ‘de Fence mechanim’yang ada pada setiap orang yang selalu menghindarkan dirinya dari persaan-perasaan negative. Hamper setiap orang mengenal tanpa mengertibenar-benar apa itu grief  oleh karena selalu cenderung untuk melupakannya.
Apa yang Alkitab katakan tentang grief?
            Alkitab memberikan banyak kesaksian tentang grief. Allah sebagai gembala yang baik menjanjikan pernyataan pada anak-anak-Nya yang berjalan dalam lembah kekelaman dan dukacita (Maz 23:4).
            Setiap tokoh Alkitab disaksikan pernah mengalami apa itu grief, baik Abraham, Musa, Ayub,Yeremia, dan Daud. Bahkan Allah sendiri disebut berdukacita (1 Sam 8:7; Yoh 11:33-35; Mat 26:38) dan Tuhan Yesus disebut ‘man of sorrow’karena ia rela menanggung segala dukacita kita (Yes 53:3-4). Alkitab juga dapa menyaksikan bahwa firman Allah dapat memberikan penghiburan kepada ang berdukacita  (Maz 119:28).
Alkitab tidak melarang grief sebagai reaksi normal dari suatu kehilangan eskipun demikian itu tidak berarti Alkitab mengijinkan segala macam grief dan penyelesaiannya scara normal. Kenapa?
1.      Oleh karena duka cita dari orang percaya merupakan reaksi normalyang sementara. Ada pengharapan bahkan atas kematian (1 Kor 15, 1 Tes 4:14) sehingga kita bisa saling menghibur dan menguatkan (1 Tes 4:18).
2.      Oleh karena grief bagi orang percaya merupakan salah satu tanda dari keselamatan. Dalam khotbah dibukit Yesus mengatakan ‘ berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan dihiburkan’ (Mat 5:4).
Apa penyebaab dar grief?
Penyebab dari grief adalah hlangnya sesuatu atau seseorang yang dicintai yang menyebabkan orang yang bersangkutan terhanyut dalam pengalaman dukacita dan terlibat dalam pergumulan yang bias berkepanjangan  untuk menyesuaikan  dan menempatkan dirina lagi secara normal.
            Meenurut Linderman, pengalaman orang yang berduka melibatkan 3 hal sbb:
1.      Coba melepaskan ikatan dari orang yang meninggalkan dirina.
2.      Coba menyesuaikan diri dengan keadaan ang baru tanpa orang yyang dikasihinya itu.
3.      Coba membina hubungan-hubungan yang baru dengan sesamanya.
Membedakan antara norma grief dan pathological grief.
1.      Normal grief (dukacita yang normal)
Gejala-gejalanya sama dengan grief  pada umumnya (sorrow, pain, loneliness, anger depression physical symptoms) tapi akan  berakhir dengan waktu yang tidak terlalu lama (paling lama 3 tahun). Ini tergantung dari beberapa factor:
Ø  Latar belakang keidupannya (apakah ia punya sahabta, hobi, pekerjaan yang sibuk).
Ø  Kepercayaan (apakah sudah diselamatkan atau belum)
Ø  Hbungan pribdi dengan orang yenga meninggalkan dia
Ø  Warna kebudayaannya (bagaimana dengan dukungan social dan lingkungannya).
Secara fisiologis, prosees penyembuhan diri sendiri akan dialami oleh orang yang bersangkutan. Terjadi oleh karena balance dalam produksi cairann-cairan hormonal dari kelenjar-kelenjaradrenal yaitu non-epinephrine dan epinephrine.
Paul D. Meier mengtakan bahwa pada waktu stress, kelenjar adrenal akan melepaskan hormone yang berhubungan dengan kerja 2 sistem syaraf yaitu simpatis: merangsang tubuh untuk melakukan kegiatan dan parasimpatis: sebaliknya ‘slowing down bod function’.
2.      Pathological grief
k. Peterson mengatakan bahwa pathlogical grief adalah yang menjert sehingga orang tidak dapat melepaskan diriketerikatan emosinya dengan dia yang meninggalkannya.
Apa yang menjadi penyebab sehingga orang bsa mengalami normal grief dan yang lain phatological??
1.      Perbedaan  dalam kehidupan imannya
2.      Perbedaan dlam personality latar belakang
3.      Perbedan dalam lingkungan sosialnya
4.      Perbedaan dalam sikap terhadap orang yang meninggalkan dirinya
Akibat dari grief?
C.M parkes menyebutkan tentang 4 phase yang umumnya dialmi oleh setiap orang yang berdukacita:
1. phase numbness, phas ini dimana ada pengalaman shock atau berita kematian itu, lalu diikuti dengan keilangan iu belum dapat menyentuh dan mengerakkan emosi. Banyak orang pada phase ini memaksa diri menngis tapi air mata susah keluar karena ratio dan emosi belum bekerja secara hamonis.
2. phase yearning (menginginkan), dimana orang yang bersangkutan coba mengatasi relita kehilangan itu. Ini biasa diekspresikan dalam bentuk penyangkalan (denial), bargaing (tawar menawar). Phase dalam kasus-kasus kemtian biasanya singkat dan berakhir cepat.
3. phase disorganization da n despair (tidak mampu mengatur diri oleh Karen rasa susah). , realita yang tidak dapaat diubah itu mulai diterima tidak ada lagi tuntutan untuk membatalkan realita itu. Dan orang yang bersangkutan mulai merasakan kesdihannya secara suungguh-sungguh.
4. phase reorganization, penyesuaian diri dengan kondisi yang baru.

Stges dan phase bias mirip antara satu dengan yang lain dalam pengalaman grief dan itu biasanya disertai:
1.      Akibat-akibat umum yaitu, menangis, restlessness (gangguan dalam idur, gelsah), depression, physical symptoms (sakit kepala, lemas). Tingkah laku abnormal sehingga gejala-gejala isteria
2.      Akibat-akibat khusus=phatologikal
Proses ke reorganization tterhambat, sehingga terus terjerat dalam grief. V. D. Volkman mengatakan bahwa ini terjadi dalam  kasus-kasus  seperti:
1.      Kematian mendadak, tidak ada persiapan mental dan ada ketergantungan teradap orang yang meninggal.
2.      Hubngan yang mendua hati
3.      Ada tugas-tugas dan kewajiban akan pesan orang yang sudah meninggal yang belum diselesaikan.
4.      Penyebab bunuh diri dan kematian tragis.
Tanda-tanda umum dari phatological grief dapat disebutkan
1.      Keyakinan yang beesar bahwa dirinya tidak lagi berharga.
2.      Sikap tetap menghidupkan si orang yang sudah meninggal.
3.      Kecenderungan untuk menyengsarakan diri sendiri
4.      Sikap anti-sosial
5.      Sikap bermuusuhan
6.      Pemakaian minuman keras dan obt-obatan terlarang.
7.      Menolak sama sekali kontak dengan orang lain.
Apa yang dilakukn uutuk menolong orang-orang yang mengalami grief?
            Pada umumnya orang yang mengalami grief lebih membutuhkan orang lain yang understanding listening, caring sebagai penghiburan yang menguatkan lebih daripada nasehat-nasehat verbal.
            Secara praktis konseling pada abnormal grief berbeda dengan phatological grief.
a.       Normal grief, konseling pada mereka ini biasanya merupakan preventif  supaya proses penyembuhan itu berjalan normal dan tidak jatuh pada akses-akses negative.
Proses penyembuhan akan nyata  kalau:
1.      Klien dapat didorong dan di ajak untuk mengekspresikan perasaan perasaan ataskekasihnya yang meninggal itu secara wajar.
2.      Klien dapat merasakan bahwa konselor menyertai dia dan siap ebntu.
3.      Klien dapaat merassakan bahwa konselor betul-betul mau menjadi teman bicaranya.
4.      Klien sudah berani mengambil langkah-langkah  dan keputusan-keputusan kongkrit.
5.      Klien dapat menyadari dentitasnya sebaga anggota ‘family of God’ yang tidak menangung derita itu sendiri.
b.      Pathological grief, tujuan utama konselor dalam kasus-kasus ini menolong, mengubah phatological grief menjadi normal grif.
Untuk tugas ini konselor dapat memperhatikan beberpa hal yang penting:
1.      Mengenali sampai sejauh mana hubungan antara konselo dengan orang yang sudah meninggal.
2.      Tidak mengulang nasihat yang kosong. Taapi lebih mendorong mengkspresikan pikiran yang sehat dan memberikan antangan  atas cara berpikir dan tingkah laku konselo yang irrational.
3.      Menolong konselomengenali ‘grif process’ pada umumnya sehingga dapat mengenali pengalamannya sendiri yang wajar.
4.      Membimbing konselo  kembali ke phase-phase sebelumnya untuk  dapat mengerti titik kelemahan dalam pribadinya. Misalkan bereaksi dalam kehilangan dan ketakutan.

c.       Pada anak-anak yang kehilangan orang tua mereka
Banyak orang yyang mencoba melindungi anak-anak supaya  jangan meliha dan mengalami dukacita. Padahal mereka punya kebutuhan untuk grief dan boleh di beri kesempatan untuk understanding realita itu. Mereka berhak ntuk mendengar, mempercayai bahwa dalam Tuhan ada pengharapan dan bahkan kehidupan yang kekal.
Penting sekali meyakinkan mereka bahwa mereka dikasihi, dan dilindungi mereka ttidak sendiri. Oleeh sebab itu tidak benardisembunyikan kemtian  dari mareka dan mereka boleh ikut dalam upacara pemakaman.
            Memang ada kasus-kasus kematian orang tua yang menjadi trauma yang mempengaruhi kepribadian anak-anak. Tapi itu umumnya terjadi jikalah huubungan hubungan anak dan orang tua demikian rupa sehingga ada emotional attachment yang tidak sehat, kematian-kematian yang mendadak,  dan lingkungan yang tidak caring dan supportive.   

d.      Orang-orang tua yang kehilangan anak mereka
Banyak orang tua yang merasa guilty, dan mempersalahkn diri sendiri dan bahkn marh pada Allah dan menunjukkan gejala-gejala abnormalsetelah kematian anak. Alkitab menyaksikan betapa Tuan Yesus mengerti dalam beberpa kasus bahkan telah menolong untuk menghidupkannya (Yairus, anak janda di Nain).
Paul Meier mengingatkan akan 5 stages of grief exprienc atas kematian anak yang dikasihi:
1.      Denial, I can believe it happened’
2.      Anger, toward others and toward God
3.      Anger turned into inward
4.      Genuine grief
5.      Resolution.
Prinsip-prinsip kebenaran iman Kristen sbb:
1.      Anak ilik Tuhan
2.      Kehidupan didunia sementra dan kebangkitan bagi orang percaya.
3.      Kasih selalu di tandai dengan pemberian yang terbaik.
4.      Precious death orang percaya Maz 116:15, ada tempat disediakan di surga Yoh 14:2-3.
5.      Kematian dan penderitaan ada oleh karena dosa Rm 6:23.
6.       Tahu hal-hal apa yang membri damai (Luk 19:42; Mat 11:28; Yoh 14:27).
Apa yang dilakukan untuk mencegah kecenderungan kea rah pathological grief??
            Grief itu sendiri tidak dapat dicegah dan bahkan normal grief seharusnya dialami oleh orang-orang yang kehilangan. Demikian kita sadar bahwa setiap orang itu unik dalam bereaksi atas kehilangan dimana ada yang menunjukkan gejala grief yang intensitasnya tinggi atas kehilangan yang kecil dan ada sebaliknya  tidak menunjukkan grief atas kehilangan yang besar.
Pathological grief sebenarnya dapat dicegah sedini mungkin, misalnya:
1.      Sebelum peristiwa kematian
a.       Melalui cara mengembangkan sikap yang sehat tentang kematian. Yaitu orang tua berani terbuka dan jujur dalam membicarakan masalah kematian dengan anak-anaknya.
b.      Melalui cara memperbaiki hubungan antar pribadi dalam rumah tangga.
c.       Melalui membngun persahabatn dan persekutuan
d.      Melalui cara melibatkan setiap pribadi-pribadi dalam kegiatan meaningful (berfaedah)
e.       Melalui pendidikan.
2.      Pada saat terjadinya peristiwa kematian
a.       Tugas konselor dalam hal ini ialah , menyampaikn berita kematian secara tepat, tidak berlebihan,  tidak menimbulkan salah pengertian.
b.      Memberikan support dan siap menolong
c.       Membantu Mengatur  perencanaan pemakaman.

Kelebihan dan kelemahan:
Kelebihan:
setelah saya membaca dan meneliti isi buku ini sangat bagus untuk bahan konseling bagi orang-orang yang sedang berdukacita dan untuk menambah wawasan bagi amba Tuhan dan para konselor. Buku ini sangat berguna untuk manusia yang merasa kehilangan, karena buku ini dapat memberikan solusi-solusi untuk memlihkan kembali pikiran kita.
Kelemahan:
            Buku ini saya kurang mengerti akan bahasa-bahasa asing yang digunakan, sehingga membuat kita tiidak mngerti dan akirnya kita  ribet untuk membuka kamus-kamus supaya kita mengerti artinya.
Implikasinya dalam pelayanan:
1.      Marilah kita sebagai Hamba Tuhan untuk tetap menjadi konselor bagi pemuda-pemudi di tempat pelayanan. Karena mereka adalah penerus kerajaan-kerajaan Allah yang harus tetap bersemangat untuk melayani Tuhan.
2.      Hmpiri dan ajaklah mereka untuk bias mengendalikan diri dan tetap mengandalkan Tuhan.
3.      Jangan biarkan mereka berkabung terlalu lama.
4.      Dengarkn keluhan dan curhat mereka, supaya mereka tidak merasa kesepian. Jangan tingalkan mereka. Karena mereka sangat membutuhkn konselor seperti anda dalam menghadapi masalahhnya.