Senin, 20 Februari 2012

grief


Grief (duka cita)
Apa itu grief?
Grief adalah pengalamn emosi yang timbul sebagai reaksi atas hilangnya sesuatu yang penting dalam hidup seseorang.
Setiap pengalaman kehilangan dapat menimbulkan grief, entah kehilangan kekasih oleh karena kematian  atau perceraian, kehilangan pekerjaan,kehilangan anggota tub hang di ambutasi, kehilangan anak yang studi diluar kota, kehilangan sahabat-sahabat yang pindah keluar kota.
Grief adalah pengalaman hidup yang universal, yang sedang akan dialami oleh setiap orang pada saat-saat tertentu. Meskipun demikian banyak orang yang idak mengenali dinamika pengalaman ini karena ‘de Fence mechanim’yang ada pada setiap orang yang selalu menghindarkan dirinya dari persaan-perasaan negative. Hamper setiap orang mengenal tanpa mengertibenar-benar apa itu grief  oleh karena selalu cenderung untuk melupakannya.
Apa yang Alkitab katakan tentang grief?
            Alkitab memberikan banyak kesaksian tentang grief. Allah sebagai gembala yang baik menjanjikan pernyataan pada anak-anak-Nya yang berjalan dalam lembah kekelaman dan dukacita (Maz 23:4).
            Setiap tokoh Alkitab disaksikan pernah mengalami apa itu grief, baik Abraham, Musa, Ayub,Yeremia, dan Daud. Bahkan Allah sendiri disebut berdukacita (1 Sam 8:7; Yoh 11:33-35; Mat 26:38) dan Tuhan Yesus disebut ‘man of sorrow’karena ia rela menanggung segala dukacita kita (Yes 53:3-4). Alkitab juga dapa menyaksikan bahwa firman Allah dapat memberikan penghiburan kepada ang berdukacita  (Maz 119:28).
Alkitab tidak melarang grief sebagai reaksi normal dari suatu kehilangan eskipun demikian itu tidak berarti Alkitab mengijinkan segala macam grief dan penyelesaiannya scara normal. Kenapa?
1.      Oleh karena duka cita dari orang percaya merupakan reaksi normalyang sementara. Ada pengharapan bahkan atas kematian (1 Kor 15, 1 Tes 4:14) sehingga kita bisa saling menghibur dan menguatkan (1 Tes 4:18).
2.      Oleh karena grief bagi orang percaya merupakan salah satu tanda dari keselamatan. Dalam khotbah dibukit Yesus mengatakan ‘ berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan dihiburkan’ (Mat 5:4).
Apa penyebaab dar grief?
Penyebab dari grief adalah hlangnya sesuatu atau seseorang yang dicintai yang menyebabkan orang yang bersangkutan terhanyut dalam pengalaman dukacita dan terlibat dalam pergumulan yang bias berkepanjangan  untuk menyesuaikan  dan menempatkan dirina lagi secara normal.
            Meenurut Linderman, pengalaman orang yang berduka melibatkan 3 hal sbb:
1.      Coba melepaskan ikatan dari orang yang meninggalkan dirina.
2.      Coba menyesuaikan diri dengan keadaan ang baru tanpa orang yyang dikasihinya itu.
3.      Coba membina hubungan-hubungan yang baru dengan sesamanya.
Membedakan antara norma grief dan pathological grief.
1.      Normal grief (dukacita yang normal)
Gejala-gejalanya sama dengan grief  pada umumnya (sorrow, pain, loneliness, anger depression physical symptoms) tapi akan  berakhir dengan waktu yang tidak terlalu lama (paling lama 3 tahun). Ini tergantung dari beberapa factor:
Ø  Latar belakang keidupannya (apakah ia punya sahabta, hobi, pekerjaan yang sibuk).
Ø  Kepercayaan (apakah sudah diselamatkan atau belum)
Ø  Hbungan pribdi dengan orang yenga meninggalkan dia
Ø  Warna kebudayaannya (bagaimana dengan dukungan social dan lingkungannya).
Secara fisiologis, prosees penyembuhan diri sendiri akan dialami oleh orang yang bersangkutan. Terjadi oleh karena balance dalam produksi cairann-cairan hormonal dari kelenjar-kelenjaradrenal yaitu non-epinephrine dan epinephrine.
Paul D. Meier mengtakan bahwa pada waktu stress, kelenjar adrenal akan melepaskan hormone yang berhubungan dengan kerja 2 sistem syaraf yaitu simpatis: merangsang tubuh untuk melakukan kegiatan dan parasimpatis: sebaliknya ‘slowing down bod function’.
2.      Pathological grief
k. Peterson mengatakan bahwa pathlogical grief adalah yang menjert sehingga orang tidak dapat melepaskan diriketerikatan emosinya dengan dia yang meninggalkannya.
Apa yang menjadi penyebab sehingga orang bsa mengalami normal grief dan yang lain phatological??
1.      Perbedaan  dalam kehidupan imannya
2.      Perbedaan dlam personality latar belakang
3.      Perbedan dalam lingkungan sosialnya
4.      Perbedaan dalam sikap terhadap orang yang meninggalkan dirinya
Akibat dari grief?
C.M parkes menyebutkan tentang 4 phase yang umumnya dialmi oleh setiap orang yang berdukacita:
1. phase numbness, phas ini dimana ada pengalaman shock atau berita kematian itu, lalu diikuti dengan keilangan iu belum dapat menyentuh dan mengerakkan emosi. Banyak orang pada phase ini memaksa diri menngis tapi air mata susah keluar karena ratio dan emosi belum bekerja secara hamonis.
2. phase yearning (menginginkan), dimana orang yang bersangkutan coba mengatasi relita kehilangan itu. Ini biasa diekspresikan dalam bentuk penyangkalan (denial), bargaing (tawar menawar). Phase dalam kasus-kasus kemtian biasanya singkat dan berakhir cepat.
3. phase disorganization da n despair (tidak mampu mengatur diri oleh Karen rasa susah). , realita yang tidak dapaat diubah itu mulai diterima tidak ada lagi tuntutan untuk membatalkan realita itu. Dan orang yang bersangkutan mulai merasakan kesdihannya secara suungguh-sungguh.
4. phase reorganization, penyesuaian diri dengan kondisi yang baru.

Stges dan phase bias mirip antara satu dengan yang lain dalam pengalaman grief dan itu biasanya disertai:
1.      Akibat-akibat umum yaitu, menangis, restlessness (gangguan dalam idur, gelsah), depression, physical symptoms (sakit kepala, lemas). Tingkah laku abnormal sehingga gejala-gejala isteria
2.      Akibat-akibat khusus=phatologikal
Proses ke reorganization tterhambat, sehingga terus terjerat dalam grief. V. D. Volkman mengatakan bahwa ini terjadi dalam  kasus-kasus  seperti:
1.      Kematian mendadak, tidak ada persiapan mental dan ada ketergantungan teradap orang yang meninggal.
2.      Hubngan yang mendua hati
3.      Ada tugas-tugas dan kewajiban akan pesan orang yang sudah meninggal yang belum diselesaikan.
4.      Penyebab bunuh diri dan kematian tragis.
Tanda-tanda umum dari phatological grief dapat disebutkan
1.      Keyakinan yang beesar bahwa dirinya tidak lagi berharga.
2.      Sikap tetap menghidupkan si orang yang sudah meninggal.
3.      Kecenderungan untuk menyengsarakan diri sendiri
4.      Sikap anti-sosial
5.      Sikap bermuusuhan
6.      Pemakaian minuman keras dan obt-obatan terlarang.
7.      Menolak sama sekali kontak dengan orang lain.
Apa yang dilakukn uutuk menolong orang-orang yang mengalami grief?
            Pada umumnya orang yang mengalami grief lebih membutuhkan orang lain yang understanding listening, caring sebagai penghiburan yang menguatkan lebih daripada nasehat-nasehat verbal.
            Secara praktis konseling pada abnormal grief berbeda dengan phatological grief.
a.       Normal grief, konseling pada mereka ini biasanya merupakan preventif  supaya proses penyembuhan itu berjalan normal dan tidak jatuh pada akses-akses negative.
Proses penyembuhan akan nyata  kalau:
1.      Klien dapat didorong dan di ajak untuk mengekspresikan perasaan perasaan ataskekasihnya yang meninggal itu secara wajar.
2.      Klien dapat merasakan bahwa konselor menyertai dia dan siap ebntu.
3.      Klien dapaat merassakan bahwa konselor betul-betul mau menjadi teman bicaranya.
4.      Klien sudah berani mengambil langkah-langkah  dan keputusan-keputusan kongkrit.
5.      Klien dapat menyadari dentitasnya sebaga anggota ‘family of God’ yang tidak menangung derita itu sendiri.
b.      Pathological grief, tujuan utama konselor dalam kasus-kasus ini menolong, mengubah phatological grief menjadi normal grif.
Untuk tugas ini konselor dapat memperhatikan beberpa hal yang penting:
1.      Mengenali sampai sejauh mana hubungan antara konselo dengan orang yang sudah meninggal.
2.      Tidak mengulang nasihat yang kosong. Taapi lebih mendorong mengkspresikan pikiran yang sehat dan memberikan antangan  atas cara berpikir dan tingkah laku konselo yang irrational.
3.      Menolong konselomengenali ‘grif process’ pada umumnya sehingga dapat mengenali pengalamannya sendiri yang wajar.
4.      Membimbing konselo  kembali ke phase-phase sebelumnya untuk  dapat mengerti titik kelemahan dalam pribadinya. Misalkan bereaksi dalam kehilangan dan ketakutan.

c.       Pada anak-anak yang kehilangan orang tua mereka
Banyak orang yyang mencoba melindungi anak-anak supaya  jangan meliha dan mengalami dukacita. Padahal mereka punya kebutuhan untuk grief dan boleh di beri kesempatan untuk understanding realita itu. Mereka berhak ntuk mendengar, mempercayai bahwa dalam Tuhan ada pengharapan dan bahkan kehidupan yang kekal.
Penting sekali meyakinkan mereka bahwa mereka dikasihi, dan dilindungi mereka ttidak sendiri. Oleeh sebab itu tidak benardisembunyikan kemtian  dari mareka dan mereka boleh ikut dalam upacara pemakaman.
            Memang ada kasus-kasus kematian orang tua yang menjadi trauma yang mempengaruhi kepribadian anak-anak. Tapi itu umumnya terjadi jikalah huubungan hubungan anak dan orang tua demikian rupa sehingga ada emotional attachment yang tidak sehat, kematian-kematian yang mendadak,  dan lingkungan yang tidak caring dan supportive.   

d.      Orang-orang tua yang kehilangan anak mereka
Banyak orang tua yang merasa guilty, dan mempersalahkn diri sendiri dan bahkn marh pada Allah dan menunjukkan gejala-gejala abnormalsetelah kematian anak. Alkitab menyaksikan betapa Tuan Yesus mengerti dalam beberpa kasus bahkan telah menolong untuk menghidupkannya (Yairus, anak janda di Nain).
Paul Meier mengingatkan akan 5 stages of grief exprienc atas kematian anak yang dikasihi:
1.      Denial, I can believe it happened’
2.      Anger, toward others and toward God
3.      Anger turned into inward
4.      Genuine grief
5.      Resolution.
Prinsip-prinsip kebenaran iman Kristen sbb:
1.      Anak ilik Tuhan
2.      Kehidupan didunia sementra dan kebangkitan bagi orang percaya.
3.      Kasih selalu di tandai dengan pemberian yang terbaik.
4.      Precious death orang percaya Maz 116:15, ada tempat disediakan di surga Yoh 14:2-3.
5.      Kematian dan penderitaan ada oleh karena dosa Rm 6:23.
6.       Tahu hal-hal apa yang membri damai (Luk 19:42; Mat 11:28; Yoh 14:27).
Apa yang dilakukan untuk mencegah kecenderungan kea rah pathological grief??
            Grief itu sendiri tidak dapat dicegah dan bahkan normal grief seharusnya dialami oleh orang-orang yang kehilangan. Demikian kita sadar bahwa setiap orang itu unik dalam bereaksi atas kehilangan dimana ada yang menunjukkan gejala grief yang intensitasnya tinggi atas kehilangan yang kecil dan ada sebaliknya  tidak menunjukkan grief atas kehilangan yang besar.
Pathological grief sebenarnya dapat dicegah sedini mungkin, misalnya:
1.      Sebelum peristiwa kematian
a.       Melalui cara mengembangkan sikap yang sehat tentang kematian. Yaitu orang tua berani terbuka dan jujur dalam membicarakan masalah kematian dengan anak-anaknya.
b.      Melalui cara memperbaiki hubungan antar pribadi dalam rumah tangga.
c.       Melalui membngun persahabatn dan persekutuan
d.      Melalui cara melibatkan setiap pribadi-pribadi dalam kegiatan meaningful (berfaedah)
e.       Melalui pendidikan.
2.      Pada saat terjadinya peristiwa kematian
a.       Tugas konselor dalam hal ini ialah , menyampaikn berita kematian secara tepat, tidak berlebihan,  tidak menimbulkan salah pengertian.
b.      Memberikan support dan siap menolong
c.       Membantu Mengatur  perencanaan pemakaman.

Kelebihan dan kelemahan:
Kelebihan:
setelah saya membaca dan meneliti isi buku ini sangat bagus untuk bahan konseling bagi orang-orang yang sedang berdukacita dan untuk menambah wawasan bagi amba Tuhan dan para konselor. Buku ini sangat berguna untuk manusia yang merasa kehilangan, karena buku ini dapat memberikan solusi-solusi untuk memlihkan kembali pikiran kita.
Kelemahan:
            Buku ini saya kurang mengerti akan bahasa-bahasa asing yang digunakan, sehingga membuat kita tiidak mngerti dan akirnya kita  ribet untuk membuka kamus-kamus supaya kita mengerti artinya.
Implikasinya dalam pelayanan:
1.      Marilah kita sebagai Hamba Tuhan untuk tetap menjadi konselor bagi pemuda-pemudi di tempat pelayanan. Karena mereka adalah penerus kerajaan-kerajaan Allah yang harus tetap bersemangat untuk melayani Tuhan.
2.      Hmpiri dan ajaklah mereka untuk bias mengendalikan diri dan tetap mengandalkan Tuhan.
3.      Jangan biarkan mereka berkabung terlalu lama.
4.      Dengarkn keluhan dan curhat mereka, supaya mereka tidak merasa kesepian. Jangan tingalkan mereka. Karena mereka sangat membutuhkn konselor seperti anda dalam menghadapi masalahhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar